Pembagian Iklim di Dunia Berdasarkan Para Ahli

Iklim yang ada di planet bumi sangat bervariasi antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Penentuan iklim tersebut berdasarkan dari letak geografis dan garis lintang suatu kawasan, perbedaan lingkungan, dan vegetasi ilmiah suatu kawasan tertentu. Dalam bidang ilmu geografi, para ahli membuat suatu metode dalam menentukan pembagian iklim ini dengan menggunakan alat yang disebut dengan klimografi, yaitu sebuah alat yang menggunakan metode visual untuk mengkaji iklim dengan menganalisa cuaca dan curah hujan rata-rata sepanjang tahunnya.

Untuk melakukan pengklasifikasian iklim ini, para ahli geografi memerlukan sedikitnya 30 tahun untuk melakukan pengumpulan data guna menjelaskan iklim pada suatu kawasan tertentu. Namun begitu, pengetahuan manusia terhadap iklim tidaklah selalu tepat. Hal ini dikarenakan pembagian iklim yang menggunakan beberapa metode seringkali tidak konsisten dan garis batas antara iklim yang satu dengan yang lainnya tidak selalu berbeda sehingga pembagian iklim di dunia ini semakin bersifat subyektif berdasarkan pendapat ahli yang menelitinya.

Secara garis besar tipe klasifikasi iklim di bumi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu secara:

1. Genetik, dibedakan berdasarkan
  • Aliran massa udara
  • Arah angin
  • Letak topografi
  • Perbedaan sinar matahari
2. Empirik, berdasarkan pada metode penelitian dan pengamatan ilmiah terhadap unsur-unsur pembentukan iklim.

Maka, pembagian iklim di dunia dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh para klimatologi. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pembagian iklim di dunia berubah dan penentuan klasifikasinyajuga menjadi lebih kompleks. Berikut ini pembagian iklim berdasarkan pengamatan para ahli klimatologi. 

1. Menurut Sistem Wladimir Koppen

Wladimir Koppen adalah seorang ahli klimatologi dari australia. Ia membagi iklim atas dasar rata-rata suhu udara dan curah hujan bulanan dan tahunan. Koppen berpendapat bahwa suatu iklim termasuk basah atau kering ditentukan oleh indeks hujan. Sistem klasifikasi iklim menurut koppen dapat diperinci sebagai berikut.
  1. Iklim A (tropis), yaitu daerah bersuhu 18०C untuk bulan terdingin
  2. Iklim B (tudra dan kutub), yaitu daerah bersuhu 10০C untuk bulan terpanas
  3. Iklim C dan D (sedang) Iklim C menempati pinggiran benua yang dipengaruhi iklim laut sehingga disebut dengan iklim sedang hangat. Iklim D menempati pedalaman benua sehingga dinamakan iklim salju atau boreal. Adapun batas antara iklim C dan D pada daerah bersuhu 30০C untuk bulan terdingin.
Berdasarkan klasifikasi iklim di atas, indonesia termasuk iklim A (tropis). Menurut Koppen, iklim A dapat dikelompokkan menjadi beberapa daerah sebagai berikut.
  1. Iklim hujan tropis meliputi beberapa daerah yang bercurah hujan tinggi. Daerah yang bercurah hujan tinggi terdapat di pulau sumatra, kalimantan dan papua.
  2. Iklim sabana meliputi daerah nusa tenggara timur dan sekitarnya.
  3. Iklim laut basah meliputi hampir seluruh kepulauan indonesia terutama sumatra, kalimantan dan papua.
  4. Iklim salju abadi terdapat di puncak pegunungan jaya wijaya.
2. Menurut Sistem Thornthwaite
 Sistem ini juga paling sering digunakan di seluruh dunia. Sama halnya dengan klasifikasi iklim koppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi, evaporasi, curah hujan dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu:
  • Tropis
  • Mestotermal
  • Mikrotermal
  • Taiga
  • Tudra
  • Frost (dingin)

3. Menurut Sistem Mohr

Sistem ini berdasarkan pada presipitasi, evaporasi, struktur rata curah hujan setiap bulannya, yaitu basah, agak basah, agak kering, kering, dan sangat kering.

4. Menurut Sistem Klages

Sistem ini membagi iklim di dunia menjadi lima zona. Pembagian ini berdasarkan pada suhu dan penerimaan sinar matahari sepanjang tahunnya. Berikut pembagiannya:
  • Zona tropis, suhunya melebihi 20০C
  • Zona sub-tropis memiliki suhu lebih dari 20০C tapi berlangsung selama 4-11 bulan
  • Zona sedang suhunya berkisar 10০C-20০C dan yang lain suhu berkurang dari 10০C
  • Zona kutub suhu yang tercatat adalah -1০C

5. Menurut Sistem Flohn

Sistem ini membagi iklim berdasarkan alira angin dan curah hujan secara global yang meliputi:
  • Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat hujannya adalah hujan muson.
  • Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki vegetasi bioma sabana dan hutan kering.
  • Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa.
  • Zona hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim dingin, dan vegetasinya meliputi pohon berdaun keras.
  • Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang lebar.
  • Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang tahunnya dan hutan konifer mendominasi vegetasinya.

6. Menurut Sistem Schmidt & Ferguson

Sistem ini memiliki dasar dengan sistem Mohr, namun Mohr membagi iklim berdasarkan rata-rata curah hujan sepanjang tahunnya. Schmidt & Ferguson membagi kriteria iklimnya sebagai berikut:
  1. Bulan basah, artinya suatu daerah yang dalam satu tahun curah hujannya yang lebih dari 100 mm/bulan.
  2. Bulan lembap, artinya suatu daerah yang dalam satu tahun curah hujannya 60 sampai dengan 100 mm/bulan.
  3. Bulan kering, artinya suatu daerah yang dalam satu tahun memiliki curah hujan kurang dari 60 mm/bulan.
Untuk menentukan iklim (Q), dapat dihitung menggunakan rumus (rata-rata bulan kering / Rata-rata bulan basah) x 100%

7. Menurut Sistem Oldeman

Oldeman membagi kriteria iklim dengan pedoman jumlah bulan basah secara berurutan sebagai berikut:
  1. Bulan basah, artinya suatu daerah dalam satu tahun memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan.
  2. Bulan lembap, artinya suatu daerah dalam satu tahun memiliki curah hujan antara 100 sampai dengan 200 mm/bulan.
  3. Bulan kering, artinya suatu daerah dalam satu tahun memiliki curah hujan kurang dari 100 mm/bulan.
Prinsip dasar penentuan iklim menurut Oldeman adalah jika bulan basah berturut-turut sebagai berikut:
  1. Iklim A jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
  2. Iklim B jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut antara 7-9 bulan.
  3. Iklim C jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut antara 5-6 bulan.
  4. Iklim D jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut antara 3-4 bulan.
  5. Iklim E jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.
Demikianlah pembahasan mengenai "Pembagian Iklim di Dunia Berdasarkan Para Ahli", seomag dengan adanya artikel tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat  bagi anda.

Related Posts:

0 Response to "Pembagian Iklim di Dunia Berdasarkan Para Ahli"

Posting Komentar