Wilayah Persebaran Kayu Jati di Indonesia dan Penjelasannya

Indonesia kaya akan hutan dengan aneka ragam pepohonan. Jenis-jenis hutan di indonesia ada banyak sekali dan masing-masing hutan tersebut dikelompokkan menurut kategori tertentu. Jenis-jenis hutan berdasarkan ketinggian tempatnya, berdasarkan musim, berdasarkan struktur dan juga berdasarkan jenis pohon. Salah satu yang mudah kita ketahui adalah pengelompokkan hutan menurut vegetasi yang hidup atau jenis pohonnya, misalnya hutan jati, hutan bambu, hutan pinus, hutan cemara dan lain sebagainya. Dan salah satu yang akan dibahas dalam artikel ini mengenai keberadaan hutan jati di indonesia.

Tanaman Jati


Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai 30-40 meter. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak dalam bahasa inggris. Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa malayam, bahasa di Negara bagian kerala di India Selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona Grandis L.f.

Jadi dapat tumbuh di daerah curah hujan 1.500 - 2.000 mm/tahun dan suhu 27 - 36°C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 - 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 - 60 m saat dewasa.

Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yanh banyak.

Umumnya, jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis, Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria, dan Culvularia, leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae. Phomopsis merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994. Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2-8 Bulan. Karakteristik dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung Batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan. Jika tidak disadari dan tidak dikontrol infeksi dari phomopsis akan menyebar ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan.

Persebaran Pohon Jati di Indonesia

Pohon jati merupakan pohon yang tidak asing kita temukan di indonesia. Pohon jati merupakan pohon legendaris yang mempunyai nilai ekonomis serta estetika yang tinggi. Mengapa dikatakan demikian? Hal ini karena kayu jati sangat cocok apabila diolah menjadi barang-barang furniture atau mebel seperti meja, kursi, lemari, pintu, kusen, hingga hiasan-hiasan dengan nilai seni yang tinggi. Kayu jati sangat awet dan tidak mudah dimakan hama yang menyebabkan kayu berbubuk. Oleh karena itulah barang-barang yang dibuat dengankayu jati biasanya angat awet. Oleh karena kualitasnya inilah maka kayu jati mempunyai harga yang sangat mahal, terlebih jika ukurannya besar, maka harganya bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Pohon jati juga termasuk pohon yang mempunyai umur panjang, sehingga bisa dijadikan sebuah pilihan investasi. Jika kita menanam pohon jati mulai dari sekarang maka puluhan tahun yang akan datang bisa dipanen, sehingga dapat kita wariskan kepada anak cucu kita. Selain itu, kayu jati biasanya mempunyai harga semakin lama semakin mahal (seperti halnya tanah), sehingga termasuk harta yang sangat berharga.

Di Indonesia sendiri dapat kita temukan banyak hutan jati, khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hutan jati inipun dapat kita lihat dari pinggir-pinggir jalan dan menjadi pemandangan yang Indah. Jika musim penghujan datang maka hutan akan tampak hijau dan subur, namun ketika musim kemarau tiba, daun-daun jati akan berguguran untuk mengurangi penguapan. Namun proses pengguguran daun jati ini justru memberikan pemandangan yang sangat indah. Beberapa daerah di Indonesia yang merupakan daerah persebaran pohon jati atau hutan jati antara lain sebagai berikut.

1) Jawa Tengah

Salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai banyak sekali pohon jati adalah Pulau Jawa, khusunya di Jawa Tengah. Jawa Tengah khususnya bagian Selatan adalah penghasil pepohonan jati yang banyak, seperti di kabupaten Sragen, Wonogiri dan Sukoharjo. Letaknya yang dekat dengan pegunungan membuat pemandangan di wilayah ini terlihat Indah. Namun karena hutan ini panjang, sehingga jika pada malam hari kita melintasi wilayah ini maka pencahayaannya sangat minim. Jalan di wilayah ini berliku-liku dan juga naik turun membuat jalan ini tidak direkomendasikan jika malam hari, karena dapat menimbulkan bahaya. Selain di wilayah bagian Selatan, jati juga tumbuh subur di wilayah pantai Utara. Bahkan di wilayah Utara pulau Jawa mulai dari Jawa Barat, khususnya di daerah karawang hingga ke ujung Timur pulau Jawa.

2) Jawa Timur

Masih diseputar pulau Jawa bagian Selatan. Jika yang kita uraikan di atas adalah wilayah Jawa Tengah, maka apabila kita telusuri lebih lanjut, sampailah kita di wilayah Jawa Timur, seperti di wilayah Ngawi dan Pacitan. Jawa Timur dan Jawa Tengah memang merupakan wilayah  yang sangat terkenal akan pohon jatinya. Bahkan di Jawa Tengan dan Jawa Timur, terlebih di bagian Utara pertumbuhan pohon jati hingga di ketinggian 650 meter di atas permukaan air laut, hanya di wilayah besuki saja yang pertumbuhannya tidak lebih dari 200 meter di atas permukaan air laut.

3) Bali

Pulau Bali juga merupakan tempat tersebarnya pohon-pohon jati. Pohon jati pada zaman dahulu hanya tumbuh di wilayah Jawa dan Bali serta pulau-pulau kecil yang ada di timur Jawa.

4) Pulau Muna

Pulau Muna merupakan pulau yang terletak di dekat pulau Sulawesi. Di pulau Muna, kita juga akan menemukan persebaran hutan jati, namun pohon-pohon jati yang timbul di pulau Muna ini jumlahnya terbatas.

5) Nusa Tenggara

Selain Bali, wilayah timur Jawa yang juga merupakan daerah persebaran pohon jati adalah wilayah Nusa Tenggara. Di wilayah Nusa Tenggara ini kita juga akan menemukan persebaran pohon jati namun dalam jumlah yang terbatas.

6) Madura

Madura juga merupakan salah satu pulau yang berada di sebelah timur pulau Jawa. Di pulau Madura, kita juga akan menemukan persebaran pohon-pohon jati. Hutan jati yang berada di wilayah Madura jumlahnya tergolong banyak.

7) Sumbawa

Pulau Sumbawa adalah salah stu wilayah di Indonesia yang mempunyai persebaran hutan yang jumlahnya terbatas. Pada tahun 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung Malaya atau pulau Sumatra ataupun pulau-pulau yang berdekatan dengannya. Pohon jati hanya tumbuh subur di pulau Jawa serta sejumlah pulau kecil yang ada di sebelah timurnya, seperti Madura, Bali serta Sumbawa. Bahkan pada saat itu perbukitan di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup dengan hutan jati.

8) Sulawesi Tenggara

Keberadaan pohon jati di wilayah pulau Sulawesi ini tercatat pada tahun 1671 oleh Hyne. Meskipun pada saat itu titik atau lokasi penemuan pohon jati ini ditemukan di wilayah Sulawesi Tenggara yakni di beberapa pulau kecil yang ada di dalam provinsi tersebut, seperti pulau Butung Teluk Sampolawa. Hyne juga menduga bahwa pohon jati sebenarnya juga terdapat di pulau Kabaena, Rumbia, dan Poleang dj wilayah Sulawesi Tenggara. Berdasarkan penelitian, analisis DN mutakhir menunjukkan bahwa sesungguhnya pohon jati yanh berada di wilayah Sulawesi Tenggara merupakan cabang perkembangan dari jati yang ada di pulau Jawa.

9) Sulawesi Selatan

Selain Sulawesi Tenggara, wilayah lain dari pulau Sulawesi yang ditumbuhi pohon jati adalah di wilayah Sulawesi Selatan. Namun, wilayah Sulawesi Selatan ini tergolong daerah baru untuk persebaran jati. Pohon jati ditanam di wilayah Sulawesi Selatan ini tergolong daerah baru sekitar tahun 1960-an hingga 1970-an. Pada saat itu terdapat banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap dan juga Enkerang sedang mengalami masa reboisasi atau dihutankan kembali. Dan pohon jati dipilih sebagai salah satu pohonnya. Di Billa bahkan pertumbuhan pohon jati tidak kalah dengan di pulau Jawa, batang dari pohon jati yang tumbuh hingga mempunyai garis tengah batang melebihi 30 cm.

Demikianlah pembahasan mengenai "Wilayah Persebaran Kayu Jati di Indonesia dan Penjelasannya", semoga denga adanya artikel ini dapat menambah wawasan dab pengetahuan yang bermanfaat untuk anda.

Related Posts:

Perbedaan Iklim dan Cuaca Beserta Unsurnya

Iklim dan cuaca merupakan gejala atau peristiwa alam yang sangat dekat dengan kehidupan manusia dan masing-masing mempunyai kesamaan. Kendati iklim dan cuaca mempunyai kesamaan, kedua peristiwa alam tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar. Sebagian besar orang masih mengira iklim dan cuaca mempunyai makna yang sama, karena belum mengetahui perbedaan mendasar antara iklim dan cuaca. Berikut ini akan dijelaskan mengenai Perbedaan Iklim dan Cuaca beserta penjelasan dan contohnya.

Pengertian Iklim dan Cuaca

Iklim adalah kondisi atau keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas. Iklim sendiri ditentukan berdasarkan perhitungan waktu yang biasanya mencapai 11 tahun hingga 30 tahun. Iklim pada suatu daerah dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi wilayah tersebut, yang artinya perbedaan iklim pada suatu daerah dipengaruhi oleh posisi relatif matahari terhadap daerah tersebut di planet bumi. Matahari adalah sumber energi sekaligus pengendali iklim bagi bumi, sehingga posisi relatif matahari bisa menimbulkan gerak udara dan arus laut. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.

Cuaca adalah kondisi atau keadaan udara yang terjadi di suatu daerah atau wilayah dalam periode waktu tertentu. Cuaca dapat berubah-ubah dalam waktu yang singkat yaitu hanya beberapa jam saja dan ditandai dengan perbedaan suhu dan kelembaban udara yang terjadi antara suatu tempat dengan tempat lainnya.

Ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang cuaca adalah meteorologi. Di indonesia terdapat lembaga yang khusus mengamati cuaca yaitu badan meteorologi, klimatologi dan geofisika (BMKG) yang berpusat di jakarta. BMKG bertugas untuk mencatat dan mengamati aktivitas udara, meliputi suhu dan tekanan udara, curah hujan, angin serta aktivitas awan. Selain berpusat di jakarta, BMKG juga memiliki stasiun-stasiun pemantau cuaca yang tersebar di seluruh wilayah indonesia.

Perbedaan Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca mempunyai perbedaan yang mendasar, yaitu luas wilayah cakupan dan waktu pengamatan. Dari dua perbedaan mendasar tersebut dapat disimpulkan perbedaan iklim dan cuaca, sebagai berikut:
  • Cakupan wilayah dan pengamatan tentang cuaca lebih sempit dan terbatas, sedangkan cakupan wilayah dan pengamatan iklim lebih luas.
  • Waktu pengamatan terhadap cuaca di suatu daerah dapat dilakukan selama 24 jam, sedangkan waktu pengamatan iklim dilakukan selama kurun waktu 11-30 tahun.
  • Iklim mempunyai sifat yang stabil dan sulit berubah, sedangkan cuaca mempunyai sifat yang cepat berubah dan tidak stabil.
  • Prediksi mengenai cuaca mudah dilakukan, sedangkan prakiraan iklim sulit dilakukan.

Unsur Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca bisa terbentuk karena ada unsur penyusunan. Ada tujuh unsur penyusunan Iklim dan cuaca diantaranya adalah sinar matahari, suhu, kelembaban udara, tekanan udara, angin, curah hujan dan awan.


1. Sinar Matahari

Bumi sebagaimana diketahui beredar mengelilingi matahari pada porosnya. Dan dikenal dengan istilah rotasi. Sedangkan bumi yang beredar mengelilingi matahari berdasarkan lintasan orbitnya disebut revolusi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi perubahan iklim dan cuaca, termasuk juga unsur penyusunnya. Karena adanya proses rotasi dan revolusi ini maka matahari yang bersinar akan memancarkan sinarnya ke segala arah dan bumi yang mengitarinya akan menerima sinar tersebut.

Karena bumi berbentuk elips, jadi tidak seluruh permukaan bumi tersinari matahari, tentu ada sisi yang tidak tersentuh sinar secara bersamaan. Waktu penerimaan sinar matahari di suatu daerah dipengaruhi oleh garis lintang dan garis bujur. Jadi makin tinggi letak lintang suatu daerah tersebut maka penyinaran matahari yang sampai ke daerah tersebut akan makin berkurang. Sehingga waktu siang hari di daerah tersebut semakin pendek dan begitu juga sebaliknya. Contoh negara chili dan argentina waktu siangnya hanya 9 jam sedangkan negara Skandinavia dan Rusia waktu siangnya mencapai 21 jam dan 19 jam.

Selain penyinaran matahari, pergerakan unsur atmosfer juga bisa mempengaruhi unsur pembentukan iklim dan cuaca. Kita ambil contoh, awan yang terdapat pada lapisan troposfer akan menghalangi sinar matahari yang masuk ke daerah tersebut, sehingga secara tidak langsung daerah tersebut tidak mendapat penyinaran matahari.

Proses sinar matahari masuk ke permukaan bumi disebut insolasi. Sinar matahari yang masuk akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi lebih panas. Proses ini dinamakan radiasi. Dan radiasi inilah yang menjadi sumber utama bagi bumi. Seperti yang disebutkan di atas bahwa matahari adalah sumber panas bagi bumi. Sumber panas ini dapat berlangsung melalui dua proses pemanasan yakni pemanasa secara langsung dan pemanasan secara tidak langsung.
  • Pemanasan Secara Langsung
Pemanasan secara langsung terbagi menjadi 3 proses diantaranya:

1. Proses Absorbsi

Proses absorbsi adalah proses penyerapan unsur-unsur radiasi matahari. Contoh sinar gamma, sinar X dan sinar ultraviolet. Adapun unsur yang menyerap radiasi matahari ini ada Oksigen (O²), Nitrogen (N), Ozon (O³), Hidrogen (H²) dan partikel debu.

2. Proses Refleksi

Proses refleksi adalah proses pemanasan matahari terhadap udara yang kemudian dipantulkan kembali ke angkasa oleh butiran air (H²O), awan dan partikel-partikel sejenis di atmosfer.

3. Proses Difusi

Proses difusi yakni suatu proses pemanasan berupa sinar gelombang pendek berwarna biru yang berhamburan ke segala arah. Proses ini yang akan menyebabkan langit berwarna biru.
  •  Pemanasan Secara Tidak Langsung
Pemanasan secara tidak langsung bisa berlangsung dengan 4 cara berikut:

1. Konduksi

Konduksi adalah proses penyerapan panas dari matahari menuju lapisan udara bagian bawah dan lapisan udara tersebut akan memberikan panas pada lapisan udara diatasnya.

2. Konveksi

Konveksi adalah penyerapan panas atau pemberian panas dari matahari yang kemudian bergerak ke atas akibat udara.

3. Adveksi

Adveksi adalah penyerapan panas atau pemberian panas dari matahari yang kemudian bergerak ke atas akibat udara.

4. Turbulensi

Turbulensi adalah penyerapan panas atau pemberian panas dari pergerakan udara yang tidak terarah dan berputar-putar ke atas. Namun sebagian panas yang dipantulkan akan kembali lagi ke atmosfer.

2. Suhu

Perbedaan tingkat radiasi sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi akan menyebabkan daerah satu dengan lainnya memiliki perbedaan suhu. Sederhananya radiasi sinar yang sampai ke permukaan bumi akan diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Pantulan ini yang akan mempengaruhi suhu di daerah tersebut. Jadi daerah atau kawasan atau bagian bumi yang berada pada posisi garis lintang 0୦- 23੦ akan mengalami pemanasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kutub.

Wilayah atau daerah yang tinggi bersuhu lebih sejuk dibanding daerah dataran rendah. Hal ini karena sinar yang masuk ke permukaan bumi melalui gelombang pantul dari permukaan. Dataran tinggi seperti pegunungan tidak seperti dataran rendah yang membentang luas sehingga proses pemantulan sinar matahari  menjadi tidak maksimal. Kemudian ditambah lagi dengan kerapatan udara di dataran tinggi lebih renggang dibandingkan dengan di dataran rendah. Sehingga proses penyerapan udara di dataran tinggi kurang menyerap panas yang berasal dari bumi.

Sama halnya dengan pemanasan di darat akan lebih cepat jika dibandingkan dengan perairan karena keadaan daratan yang padat serta sulit dijangkau oleh sinar matahari. Karena pemanasan di daerah perairan berlangsung sangat lambat disebabkan air yang selalu bergerak dan dapat dijangkau dengan sinar atau cahaya matahari.

Dari keterangan diatas, proses penerimaan panas matahari agar sampai ke bumi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
  • Sudut datang cahaya matahari yang masuk ke permukaan bumi berada pada posisi tegak lurus atau miring.
  • Semakin lama sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi maka semakin panas kawasan atau daerah tersebut.
  • Keadaan relief atau garis kontur permukaan bumi meliputi gurun pasir, dataran hijau, pegunungan dan laut.
  •  Banyak maupun sedikitnya awan atau uap air yang ada di udara.
 3. Kelembaban Udara

Ketika sinar yang masuk ke  permukaan bumi maka akan menimbulkan perbedaan suhu di masing-masing wilayah. Begitu juga dengan pemanasan yang terjadi akan menyebabkan penguapan baik di darat maupun di laut. Yang mana akan membentuk suatu gumpalan yang termuat atau terkumpul di udara. Jadi kandungan uap yang terkumpul di udara ini disebut kelembaban udara. Kelembaban udara tidak stabil namun berubah-ubah tergantung pada pemanasan yang terjadi.

Jadi apabila semakin tinggi suhu udara di daerah atau kawasan tersebut maka akan semakin tinggi pula tingkat kelembaban udara di daerah atau kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan udara yang mengalami pemanasan akan merenggan dan kemudia diisi dengan uap air. Kelembaban uap air yang terkumpul dalam jumlah dan suhu tertentu dibandingkan dengan kandungan uap yang terkumpul di dalam udara disebut kelembaban relative. Kelembaban relative ini biasanya dinyatakan dalam persen. Seperti formula di bawah ini.

Kelembaban relatif = e/E x 100%

dimana, e adalah jumlah uap air yang terkandung di dalam udara.

Contoh :

Berdasarkan data dari BMKG wilayah Sumatra Utara dinyatakan bahwa suhu udara di kawasan Medan adalah 25੦C, sedangkan setiap 1 n3 udara mampu memuat kandungan uap air sebesar 45 g. Jika udara pada suhu tersebut mampu mengandung 67,5 g uap air, maka tentukanlah kelembaban relatifnya!

Jawab :

Kelembaban relatif = e/E x 100% = 45/67,5 x 100% = 66,6%
Jadi kelembaban relatif di kawasan tersebut adalah 66,6%

Selain kelebaban relatif ada juga jenis kelembaban lain yang disebut dengan kelembaban absolut. Kelembaban absolut adalah jumlah uap air dalam satu gram tiap 1 m³ udara.

 4. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah unsur keempat penyusun iklim dan cuaca. Tekanan udara merupakan suatu gaya yang muncul atau timbul akibat adanya berat atau massa dari lapisan udara. Jadi udara yaitu sejumlah gas yang terkumpul yang memiliki massa dan menempati ruang. Jadi dapat dipahami bahwa tekanan memiliki massa sedangkan udara memiliki tekanan. Suhu seperti yang telah dijelaskan di atas sangat mempengaruhi tekanan di suatu kawasan.

Apabila suhu di suatu daerah atau kawasan semakin tinggi maka tekanan udara akan semakin rendah. Sehingga bisa dipahami suhu dengan tekanan berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan sifat udara adalah merenggang. Demikian juga halnya jika suhu semakin rendah maka tekanan udara akan makin panas. Karena suhu sangat mempengaruhi tekanan di suatu daerah atau kawasan di permukaan bumi. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara adalah baromter raksa. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Torri Celli pada tahun 1943.

Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb). seperti formula berikut:

1 mb = ¾ mm tekanan air raksa
9t.a.r) atau 1.013 mb = 76 cm t.a.r

5. Angin

unsur kelima kali ini erat kaitannya dengan tekanan udara. Kenapa? Karena angin dipengaruhi oleh tekanan udara yang berlangsung di suatu daerah. Jadi apabila jika ada tekanan udara yang berbeda di antara dua kawasan maka udara di salah satu kawasan tersebut akan bergerak atau berpindah ke kawasan lain yang memiliki tekanan udara yang rendah. Begitu juga halnya udara bergerak ke daerah yang lebih dingin menujudaerah yang lebih panas. Udara yang bergerak maupun yang berpindah ini yang kemudian disebut dengan angin.

6. Curah Hujan

Hujan merupakan jatuhnya air dari udara menuju ke permukaan bumi. Air yang jatuh ke bumi bisa mengandung asam kuat atau asam lemah. Dan biasanya jatuhnya berbentuk cair atau juga padatan. Misalnya salju. proses terjadinya hujan diakibatkan karena pemanasan dari sinar matahari. Gumpalan uap air akibat  kelembaban udara akan naik ke atmosfer. Yang selanjutnya akan mengalami proses kondensasi sehingga membentuk awan atau padatan air. Awan semakin lama akan semakin berat karena kandungan air yang naik ke atmosfer akan makin banyak. Jika uap air di awan mencapai pada titik tertentu, maka angin akan membawa awan tersebut hingga turunlah hujan dalam bentuk titik-titik air.

7. Awan

Awan merupakan kumpulan uap air atau kristal es dalam jumlah besar yang berada di lapisan atmosfer. Mungkin sering kita menjumpai pada musim kemarau sangat sedikit awan terbentuk di udara. Hal ini dikarenakan proses penguapan yang terjadi terlalu sedikit. Namun beda halnya pada musim hujan. Maka akan di dapati banyaknya awan yang terbentuk dan bervariasi. Ini disebabkan uap airyang terkandung di awan berjumlah cukup banyak.

Awan dibedakan menjadi 4 bentuk yaitu:
  • Awan Culumus, adalah awan putih yang berkelompok-kelompok. Jenis awan ini sering ditemui pada siang atau sore hari.
  • Awan Sratus, adalah jenis awan yang berbentuk seperti kumpulan selimut yang berlapis-lapis dan relatif cukup luas dan lebar.
  • Awan Cirrus, adalah jenis awan yang posisinya lebih tinggi sekaligus tipis ibarat tabir.
  • Awan Nimbus, adalah jenis awan berwarna gelap namun berbentuk yang tidak menentu. Apabila melihat awan ini menandakan akan turun hujan.
Sebenarnya ada banyak jenis awan yang sering kita jumpai, seperti awan Cumulonimbus. Awan ini berbentuk gumpalan dengan berwarna gelap yang biasanya disertai dengan petir yang bisa menyambar kapan saja dan juga hujan lebat. Apabila awan ini kita jumpai, maka disarankan untuk tetap berada di dalam rumah atau menghentikan aktivitas berkendara. Karena sangat berbahaya terutama bagi penerbangan.

Related Posts:

Pembagian Iklim di Dunia Berdasarkan Para Ahli

Iklim yang ada di planet bumi sangat bervariasi antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Penentuan iklim tersebut berdasarkan dari letak geografis dan garis lintang suatu kawasan, perbedaan lingkungan, dan vegetasi ilmiah suatu kawasan tertentu. Dalam bidang ilmu geografi, para ahli membuat suatu metode dalam menentukan pembagian iklim ini dengan menggunakan alat yang disebut dengan klimografi, yaitu sebuah alat yang menggunakan metode visual untuk mengkaji iklim dengan menganalisa cuaca dan curah hujan rata-rata sepanjang tahunnya.

Untuk melakukan pengklasifikasian iklim ini, para ahli geografi memerlukan sedikitnya 30 tahun untuk melakukan pengumpulan data guna menjelaskan iklim pada suatu kawasan tertentu. Namun begitu, pengetahuan manusia terhadap iklim tidaklah selalu tepat. Hal ini dikarenakan pembagian iklim yang menggunakan beberapa metode seringkali tidak konsisten dan garis batas antara iklim yang satu dengan yang lainnya tidak selalu berbeda sehingga pembagian iklim di dunia ini semakin bersifat subyektif berdasarkan pendapat ahli yang menelitinya.

Secara garis besar tipe klasifikasi iklim di bumi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu secara:

1. Genetik, dibedakan berdasarkan
  • Aliran massa udara
  • Arah angin
  • Letak topografi
  • Perbedaan sinar matahari
2. Empirik, berdasarkan pada metode penelitian dan pengamatan ilmiah terhadap unsur-unsur pembentukan iklim.

Maka, pembagian iklim di dunia dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh para klimatologi. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pembagian iklim di dunia berubah dan penentuan klasifikasinyajuga menjadi lebih kompleks. Berikut ini pembagian iklim berdasarkan pengamatan para ahli klimatologi. 

1. Menurut Sistem Wladimir Koppen

Wladimir Koppen adalah seorang ahli klimatologi dari australia. Ia membagi iklim atas dasar rata-rata suhu udara dan curah hujan bulanan dan tahunan. Koppen berpendapat bahwa suatu iklim termasuk basah atau kering ditentukan oleh indeks hujan. Sistem klasifikasi iklim menurut koppen dapat diperinci sebagai berikut.
  1. Iklim A (tropis), yaitu daerah bersuhu 18०C untuk bulan terdingin
  2. Iklim B (tudra dan kutub), yaitu daerah bersuhu 10০C untuk bulan terpanas
  3. Iklim C dan D (sedang) Iklim C menempati pinggiran benua yang dipengaruhi iklim laut sehingga disebut dengan iklim sedang hangat. Iklim D menempati pedalaman benua sehingga dinamakan iklim salju atau boreal. Adapun batas antara iklim C dan D pada daerah bersuhu 30০C untuk bulan terdingin.
Berdasarkan klasifikasi iklim di atas, indonesia termasuk iklim A (tropis). Menurut Koppen, iklim A dapat dikelompokkan menjadi beberapa daerah sebagai berikut.
  1. Iklim hujan tropis meliputi beberapa daerah yang bercurah hujan tinggi. Daerah yang bercurah hujan tinggi terdapat di pulau sumatra, kalimantan dan papua.
  2. Iklim sabana meliputi daerah nusa tenggara timur dan sekitarnya.
  3. Iklim laut basah meliputi hampir seluruh kepulauan indonesia terutama sumatra, kalimantan dan papua.
  4. Iklim salju abadi terdapat di puncak pegunungan jaya wijaya.
2. Menurut Sistem Thornthwaite
 Sistem ini juga paling sering digunakan di seluruh dunia. Sama halnya dengan klasifikasi iklim koppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi, evaporasi, curah hujan dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu:
  • Tropis
  • Mestotermal
  • Mikrotermal
  • Taiga
  • Tudra
  • Frost (dingin)

3. Menurut Sistem Mohr

Sistem ini berdasarkan pada presipitasi, evaporasi, struktur rata curah hujan setiap bulannya, yaitu basah, agak basah, agak kering, kering, dan sangat kering.

4. Menurut Sistem Klages

Sistem ini membagi iklim di dunia menjadi lima zona. Pembagian ini berdasarkan pada suhu dan penerimaan sinar matahari sepanjang tahunnya. Berikut pembagiannya:
  • Zona tropis, suhunya melebihi 20০C
  • Zona sub-tropis memiliki suhu lebih dari 20০C tapi berlangsung selama 4-11 bulan
  • Zona sedang suhunya berkisar 10০C-20০C dan yang lain suhu berkurang dari 10০C
  • Zona kutub suhu yang tercatat adalah -1০C

5. Menurut Sistem Flohn

Sistem ini membagi iklim berdasarkan alira angin dan curah hujan secara global yang meliputi:
  • Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat hujannya adalah hujan muson.
  • Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki vegetasi bioma sabana dan hutan kering.
  • Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa.
  • Zona hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim dingin, dan vegetasinya meliputi pohon berdaun keras.
  • Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang lebar.
  • Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang tahunnya dan hutan konifer mendominasi vegetasinya.

6. Menurut Sistem Schmidt & Ferguson

Sistem ini memiliki dasar dengan sistem Mohr, namun Mohr membagi iklim berdasarkan rata-rata curah hujan sepanjang tahunnya. Schmidt & Ferguson membagi kriteria iklimnya sebagai berikut:
  1. Bulan basah, artinya suatu daerah yang dalam satu tahun curah hujannya yang lebih dari 100 mm/bulan.
  2. Bulan lembap, artinya suatu daerah yang dalam satu tahun curah hujannya 60 sampai dengan 100 mm/bulan.
  3. Bulan kering, artinya suatu daerah yang dalam satu tahun memiliki curah hujan kurang dari 60 mm/bulan.
Untuk menentukan iklim (Q), dapat dihitung menggunakan rumus (rata-rata bulan kering / Rata-rata bulan basah) x 100%

7. Menurut Sistem Oldeman

Oldeman membagi kriteria iklim dengan pedoman jumlah bulan basah secara berurutan sebagai berikut:
  1. Bulan basah, artinya suatu daerah dalam satu tahun memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan.
  2. Bulan lembap, artinya suatu daerah dalam satu tahun memiliki curah hujan antara 100 sampai dengan 200 mm/bulan.
  3. Bulan kering, artinya suatu daerah dalam satu tahun memiliki curah hujan kurang dari 100 mm/bulan.
Prinsip dasar penentuan iklim menurut Oldeman adalah jika bulan basah berturut-turut sebagai berikut:
  1. Iklim A jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
  2. Iklim B jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut antara 7-9 bulan.
  3. Iklim C jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut antara 5-6 bulan.
  4. Iklim D jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut antara 3-4 bulan.
  5. Iklim E jika jumlah bulan basah suatu daerah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.
Demikianlah pembahasan mengenai "Pembagian Iklim di Dunia Berdasarkan Para Ahli", seomag dengan adanya artikel tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat  bagi anda.

Related Posts:

Dampak Banjir Terhadap Ekonomi Masyarakat dan Negara

Sebagian masyarakat sudah tidak aneh dengan bencana banjir, bencana banjir sering kali terjadi di indonesia hampir setiap tahunnya. Pada saat musim hujan, ancaman bencana banjir cukup tinggi bukan hanya di kota besar di daerah pun memiliki potensi terjadinya banjir. Banjir yang terjadi di suatu daerah atau negara memiliki dampak buruk berupa kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi suatu negara akibat banjir pun cukup besar. Selain dampak ekonomi, banjir memiliki dampak bagi masyarakat seperti timbulnya permasalahan kesehatan hingga kekurangan stok makanan akibat banjir.

Bencana banjir memang membawa berbagai dampak bagi manusia, binatang, tumbuhan dan juga lingkungan. Ada berbagai hal yang bisa rasakan pasca bencana banjir air yang sering kita sebut sebagai dampak banjir. Dampak banjir bisa dilihat dari berbagai sisi, yaitu dari sisi kesehatan hingga perekonomian. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek yang sangat berpengaruh bagi manusia dalam kehidupannya.

Sudah bukan berita baru lagi bahwa ketika bencana alam tiba, maka perekonomian di daerah tersebut mengalami lumpuh untuk sementara. Hal ini berlau untuk segala jenis bencana alam , dan terkhusus banjir. Banjir sendiri terdiri atas berbagai macam, diantaranya banjir rob, banjir lahar dingin, banjir lumpur, banjir bandang dan lainnya. Perlu bagi kita untuk mengetahui apa saja dampak yang akan ditimbulkan dari banjir, dan khususnya pada bidang perekonomian. Kita akan mengetahui apa saja dampak banjir ini, khususnya di bidang perekonomian antara lain sebagai berikut:

1. Melumpuhkan Kegiatan Jual Beli

Dampak di bidang perekonomian yang paling pertama kita rasakan ketika datang bencana banjir adalah lumpuhnya kegiatan jual beli di sekitar wilayah banjir tersebut. Kegiatan jual beli merupakan kegiatan perekonomian yang pasti ada di sekitar kita dan pasti dilakukan oleh setiap orang. Tempat jual beli pada umumnya adalah pasar, ataupun toko dan warung. Ketika bencana banjir tiba, pasar toko dan warung-warung terendam maka tidak akan ada yang namanya kegiatan jual beli. Para penjual sibuk mengamankan isi rumah dan juga dagangan mereka sehingga tidak sempat untuk melakukan jual beli. Akibatnya kegiatan perdagangan akan lumpuh secara otomatis untuk sementara waktu.

2. Melumpuhnya Kegiatan Produksi

Kegiatan perekonomian ada tiga macam yakni produksi, distribusi dan juga konsumsi. Produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan barang dan jasa yang akan dijual. Ketika bencana banjir tiba, makan kegiatan produksi, khususnya produksi barang tentu saja akan terhambat. Bagaimana orang melakukan produksi, sementara tempat mereka terendam air dan bahan bakupun belum tentu adanya.

Produksi barang juga pasti akan dihentikan untuk sementara karena kegiatan jual beli belum aktif. Kegiatan jasa mungkin yang tidak akan lumpuh, karena mengandalkan tenaga dan pikiran manusia, namun ketika situasi tidak memungkinkan maka tidak akan ada orang yang akan menyewa jasa tersebut, kecuali jasa-jasa tertentu yang justru lahir ketika banjir datang.

3. Naiknya Tingkat Inflasi


Banjir mampu menyebabkan kerugian bagi suatu daerah terdampak. banjir yang terjadi akan merusak apa saja yang ditemui terutama area persawahan atau pertanian yang sedang memasuki masa panen. Banjir di area persawahan tentu akan menyebabkan gagal panen, banjir dapat merusak infrastruktur, sarana prasarana, banjir akan menghambat lalu lintas suatu daerah terutama di jalur distribusi bahan pangan atau logistic, banjir dapat mengganggu jalur distribusi berbagai komoditas utamanya pangan, menyebabkan pasokannya juga terganggu. Akibat terhambatnya distribusi berbagai komoditas (atau naiknya tingkat inflasi). Hal ini akan bedampak terhadap kenaikan harga berbagai komoditas sehingga akan menyumbang tehadap tingkat inflasi.

4. Penurunan Sumber Pangan

Daerah pertanian atau persawahan yang memasuki masa panen yang terkena dampak banjir, bukan tidak mungin akan mengalami gagal panen. Kerugian ini cukup tinggi sebab ratusan hektar lahan akan mengalami gagal panen. Gagal panen ini akan mengurangi sumber pangan dalam negeri. Pangan menjadi pokok kehidupan warga negara, jika sumber pangannya gagal tentu secara tidak sadar pasti akan mengganggu perekonomian masyarakat.

5. Menghambat Kegiatan Untuk Bekerja

Banjir memang merugikan banyak pihak, tidak hanya pelaku jual beli saja, namun juga para pekerja baik pekerja mandiri maupun ikut perusahaan. Banyak orang yang akan sibuk mengurusi tempat tinggalnya dan hambatan dalam menyiapkan sarana dan prasarana untuk bekerja karena adanya banjir. Saat banjir ini maka akan banyak karyawan yang mengambil cuti atau justru diliburkan. Sementara untuk pekerja mandiri, seperti pedagang dan petani, mereka juga akan sibuk mengurusi tempat tinggal dan juga harta benda mereka.

6. Banyak Orang Yang Mengalami Kerugian Pada usaha dagangnya

Banyak orang yang akan mengalami kerugian akibat banjir, salah satunya adalah pedagang. Pedagang akan banyak mengalami kerugian karena tidak bisa berdagang untuk sementara. Kerugian ini terutama pada pedagang-pedagang yang menjual barang-barang yang basah atau yang mudah busuk seperti sayuran dan juga buah-buahan.

Demikianlah pembahasan mengenai "Dampak Banjir Terhadap Ekonomi Masyarakat dan Negara", semoga dengan adanya artikel tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat untuk anda.

Related Posts:

Macam-macam Pencemaran Air dan Penjelasannya

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, baik manusia, binatang dan terlebih tumbuh-tumbuhan. Tanpa air makhluk hidup tidak akan bisa bertahan hidup. Makhluk hidup memerlukan air sehari-harinya, maka dari itulah air sangat mempengarhi kehidupan makhluk hidup. Jenis-jenis air di bumi ini bermacam-macam, ada air tawar, dan air asin atau ekosistem air laut, ada air gunung yang mengandung banyak mineral dan lain sebagainya. Jenis-jenis air ini memiliki sifat yang berbeda-beda namun memiliki fungsi yang hampir sama yaitu untuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Manusia sendiri membutuhkan air untuk minum, mencuci, memasak, menyiram lahan pertanian, dan lain sebagainya.

Aktivitas manusia yang meningkat dari zaman ke zaman tidak terasa akan membawa dampak yang signifikat bagi keadaan air yang ada di bumi. Banyaknyaa industri yang didirikan oleh manusia justru membawa dampak kurang baik bagi air, yaitu mengalami pencemaran. Pencemaran air juga dapat disebabkan oleh masuknya makhluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Air dikatakan tercemar apabila kualitas airnya menurun hingga ke tingkat yang membahayakan makhluk hidup sehingga air tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.

disaat ini pencemaran air nerupakan masalah global dan dibutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkatan (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah disebutkan bahwa pencemaran air penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, terdeteksi sebanyak 15.000 setiap harinya. Dan diperkirakan 750 juta orang india tidak mempunyai aksesoris toilet, dan 1500 anak-anak india meninggal karena terkena diare setiap harinya. Di tambah lagi selain pencemaran air yang merupakan masalah berbahaya di negara berkembang. Bahkan di Amerika pun 45% sudah tercemar sungainya, 47,5% danau juga tercemar dan hampir 32,5% muaranya diklasifikasikan sebagian telah tercemar.

Pengertian Pencemaran Air

Mungkin kita sudah sangat sering mendengar mengenai pencemaran air, lalu apakah yang dimaksud dengan pencemaran air? Pencemaran air adalah suatu proses terkontaminasinya air dengan bahan-bahan kimia maupun non kimia yang memiliki banyak kandungan yang tidak baik atau yang biasa disebut dengan zat polutan. Sekarang ini bukan hal yang susah lagi untuk menemukan sumber air yang tercemar. Banyak sekali, contohnya adalah sungai yang berada di sekitar pembuangan sampah maka memiliki warna yang berbeda, bau yang berbeda, bahkan rasa yang berebeda. Nah ini lah yang dapat disebut bahwa air telah tercemar.

Macam-macam Pencemaran Air

Pencemaran air atau polusi air dapat terjadi dimana-mana, yaitu di sungai, di sumur, di macam-macam danau, dilaut dan lain sebagainya. Pencemaran air tidak hanya disebabkan oleh zat-zat yang berbau kimia saja, namun juga zat-zat alamiah. Oleh karena jenis-jenis pencemaran air ini lebih dari satu, maka pencemaran air digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

1. Pencemaran Mikroorganisme

Pencemaran air yang pertama adalah pencemaran mikroorganisme. Pencemaran mikroorganisme merupakan pencemaran yang dilakukan oleh mikroorganisme yang berada di dalam air. Kita semua mengetahui bahwa air merupakan tempat hidup bagi banyak makhluk hidup, tidak hanya binatang-binatang air saja namun juga mikroorganisme lain yang tidak kelihatan. Beberapa jenis mikroorganisme air antara lain fitoplankton, zooplankton, dan lain sebagainya. Mikroorganisme ini sebenarnya memiliki peranan bagi air untuk menjernihkan air dan sebagainya. Namun adakalanya mikroorganisme ini juga bersifat merugikan atau mencemari. Misalnya ketika jumlah mikroorganisme ini terlalu banyak justru akan bisa mencemari. Jenis pencemaran ini ditandai dengan warna air yang keruh karena kekurangan kandungan oksigen yang ada di dalamnya.
2. Pencemaran Air Oleh Anorganik Nutrisi Tanaman


Jenis pencemaran air yang selanjutnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh anorganik nutrisi tanaman. Hal ini sangat berkaitan erat dengan bidang pertanian. Penggunaan pupuk nitrogen dan juga fosfat pada bidang pertanian memang telah dilakukan sejak zaman dulu dan semakin meluas. Banyak petani yang beralih menggunakan pupuk kimia dari pada pupuk alami. Tanaman yang dihasilkan dari pupuk kimia lebih subur, lebih bagus kualitasnya dan tentu hal ini akan sangat menguntungkan bagi petani. Namun ternyata penggunaan pupuk ini memiliki dampak yang negatif bagi lingkungan, khususnya air. Bahan-bahan kimia tersebut ternyata sangat membahayakan bagi kemurnian air dan juga bagi kelangsungan hidup binatang-binatang dan juga mikroorganisme air. Hal ini tentu akan berdampak pada manusia sebagai penggunaan air terebut. Air yang telah terkontaminasi oleh bahan kimia menjadi tidak bagus untuk dikonsumsi.
3. Pencemaran Oleh Bahan Kimia Anorganik


Selain pencemaran organik nutrisi tanaman, pencemaran air juga dilakukan oleh bahan kimia anorganik. Hal ini sangat berkaitan dengan aktifitas manusia sehari-hari. Banyak sekali bahan kimia yang digunakan oleh manusia, seperti garam, asam dan juga bahan toksik logam seperti timbal, cadmium, merkuri dengan kadar tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan efek pencemaran yang sangat tinggi. Mungkin manusia tidak sadar bahwa ternyata penggunaan bahan-bahan tersebut sehari-hari akan mempengaruhi air. Secara tidak sadar, manusia tiba-tiba akan menuai dampak buruknya setelah kurun waktu tertentu apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan juga baik. Pencemaran yang dilakukan oleh bahan-bahan kimia anorganik tersebut bisa mempengaruhi produksi tanaman pangan, sehingga tanaman pangan produksi petani akan menurun. Selain mempengaruhi produksi tanaman , pencemaran ini juga akan merusak alat-alat yang menyebabkan peralatan mengalami sifat korosif.
4. Pencemaran Oleh Bahan Kimia Organik


Bahan kimia ternyata ada pula sifatnya organik. Bahan-bahan kimia organik ini contohnya plastik, minyak, pestisida. Larutan pembersih, detergen da lain sebagainya . Bahan kimia organik lebih banyak digunakan manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. Penggunaan dalam skala kecil namun sering lama kelamaan akan menyebabkan pencemaran lingkungan secara bertahap, tak terkecuali pencemaran air ini. Pencemaran air oleh bahan-bahan organik bisa menyebabkan kematian beberapa tanaman dan juga binatang air, seperti ikan, udan, dan lain sebagainya. Apabila tanaman dan binatang air mati, maka sifat air menjadi jelek dan kurang sehat. Maka dari itulah sekarang ini banyak beredar alternatif  bahan yang tidak terlalu mengandung unsur-unsur kimia.
Demikianlah pembahasan mengenai "Macam-macam Pencemaran Air dan Penjelasannya", semoga dengan adanya artikel tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda.

Related Posts:

Dampak Positif dan Negatif dari Letusan Gunung Berapi

Dampak positif dan negatif dari letusan gunung berapi. Di negara indonesia masih terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif sehingga  kapan saja dapat meletus. Gunung berapi sendiri merupakan suatu kondisi di mana terdapat sebuah saluran fluida yang dilalui material panas baik dalam bentuk cair maupun lava.

Saluran fluida atau kawah ini muncul di permukaan bumi yang dibalut oleh tanah dan tampak mengerucut sehingga dapat kita sebut dengan gunung. Sebenarnya gunung berapi tidak dapat lepas di kehidupan masyarakat sehingga penduduk yang tinggal di wilayah sekitar gunung, lama kelamaan akan terbiasa dengan keberadaan gunung. Mereka yang sudah terbiasa biasanya akan mengenal tanda-tanda gunung dengan sendirinya, seperti terjadinya gempa halus, terdengarnya suara gemuruh dari dalam tanah, hewan-hewan liar akan turun ke kaki gunung, dan sebagainya. Gunung berapi yang meletus akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Berikut dampak positif dan negatif dari letusan gunung berapi.

A. Dampak Positif dari Letusan Gunung Berapi

Gunung berapi jika meletus sangat membahayakan semua makhluk hidup yang ada disekitarnya. Walaupun begitu, letusan gunung berapi juga mempunyai dampak positif yang sangat bermanfaat. Dampak positif letusan gunung berapi, antara lain:
  1. Ketika gunung berapi meletus dan mengeluarkan abu vulkanik, abu ini dapat menyuburkan lahan pertanian di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian penduduk. Kita ketahui banya orang yang tinggal di lereng gunung, bekerja sebagai petani dan perkebunan. Teh dan kopi menjadi komoditas utama yang bertani di lereng pegunungan.
  2. Walaupun hutan telah rusak, dalam waktu beberapa bulan akan tumbuh pepohonan lagi sehingga akan terbentuk hutan baru dengan ekosistem yang baru pula.
  3. Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapatkan pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
  4. Bahan material vilkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
  5. Di daerah vulkanis memungkinkan banyak turun hujan orografis. Hal tersebut disebabkan gunung merupakan daerah penangkap hujan yang baik.
  6. Di daerah gunung berapi memungkinkan dibangun pembangkit tenaga listrik, yang berasal dari energi panas yang berada di sekitar gunung berapi.
  7. Banyak di temukan sumber air panas dan air makdani yang dimanfaatkan untuk parawisata. 
  8. Banyak terdapat aneka bahan tambang seperti belerang, logam dan permata. Yang dapat kita manfaatkan sebagai jalan untuk mendapatkan penghasilan.
  9. Namun kalau kita pahami ketika sudah terjadi gunung berapi akan menjadi sebuah wisata. Itu adalah gejala pasca vulkanik merupakan objek wisata yang menarik.

B. Dampak Negatif dari Letusan Gunung Berapi

Selain memberikan dampak positif bagi makhluk hidup, letusan gunung berapi juga memberikan dampak negatif sehingga sangat merugikan semua makhluk hidup yang tinggal di sekitar wilayah gunung. Dampak negatif tersebut antara lain:
  1. Pencemaran udara yang disebabkan oleh abu gunung berapi. Abu gunung berapi tersebut mempunyai kandungan zat yang sangat berbahaya yaitu hidrogen sulfide (H²S), sulfur dioksida (SO²), nitrogen dioksida dan material debu yang mengandung racun.
  2. Gas beracun yang dikeluarkan dari gunung api sangat membahayakan bagi manusia ketika manusia menghisap gas tersebut.
  3. Awan panas yang dikeluarkan gunung berapi dapat menewaskan makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan.
  4. Lahar dingin dan panas dapat merusak daerah yang dilaluinya menjadi rata dengan tanah.
  5. Bom lapili dan pasir vulkanik dapat merusak rumah, jembatan, dan daerah pertanian.
  6. Hujan debu dari letusan gunung berapi dapat meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu.
  7. Berbagai macam materia yang dikeluarkan gunung berapi dapat menimbulkan bibit penyakit seperti batuk-batuk, infeksi saluran pernapasan, sakit kulit dan lain-lain.
Demikianlah pembahasan mengenai "Dampak Positif dan Negatif dari Letusan Gunung Berapi", semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi anda.

Related Posts: